“TELLULIMPOE” dalam Bahasa Daerah Bugis berasal dari dua kata TELLU yang bermakna TIGA dan LIMPOE yang bermakna kampung. TELLULIMPOE dimaknakan sebagai desa yang terdiri dari tiga kampung, komunitas, atau wilayah. Sesuai dengan wilayah administratifnya terbagi menjadi tiga dusun, yaitu:
- Dusun Padali
- Dusun LompoE
- Dusun PenrE
Desa TellulimpoE adalah Sebuah Desa yang terletak bagian Utara Kabupaten Soppeng yang merupakan Desa hasil pemekaran dengan Kelurahan Attangsalo Tahun 1989.
Berawal dari keinginan Masyarakat yang ingin mendapatkan pelayanan pemerintah yang lebih dekat, lebih efektif dan lebih efisien maka pada awal tahun 1989 dibentuklah panitia pemekaran Desa dan pada waktu itu juga langsung mengajukan permohonan pemekaran Kelurahan Attangsalo kepada Pemerintah Kabupaten.
Dengan melewati berbagai hal/proses pemekaran yang sesuai dengan aturan hukum yang berlaku dari mulai penentuan nama Desa hasil Pemekaran, pembagian wilayah, pembagian kekayaan Kelurahan, dll. Akhirnya pada akhir tahun 1989 resmi menjadi Desa Persiapan TellulimpoE sesuai dengan Peraturan Daerah. Pada waktu itu pejabat Kepala Desa Persiapan TellulimpoE dijabat oleh Bapak JUSNI sampai dengan dibentuknya Desa Definitive padatahun 1993 dan dilaksanakan Pemilihan Kepala Desa TellulimpoE untuk yang Pertama kali.
Gambar: 1 Peta Desa TellulimpoE
1.1) Pemberian Nama – Nama Kampung
a. Padali
Berasal dari kata “Padang Lelling” artinya hamparan Ilalang. Sejauh mata memandang dahulu wilayah Padali hanyalah ilalang tempat hewan ternak seperti sapi dibawa oleh pemiliknya untuk mencari makan.
b. Bola BessiE
Bola BessiE bermakna Rumah Besi. Karena pada wilayah ini terdapat bangunan rangka rumah dari besi yang digunakan petani untuk mengasapi tembakau. Namun kini bangunan tersebut telah tiada.
c. BebbaE
Diberi nama BebbaE bermakna “Panas” karena di wilayah tersebut terdapat sumber air panas.
d. Sare BatuE
Sare’ dalam bahasa bugis bermakna Sumur dan BatuE adalah batu. Dua kata tersebut mewakilkan gambaran wilayah tersebut dahulu terdapat sumur batu yang menjadi pusat pengambilan air oleh masyarakat.
e. LompoE
LompoE dalam Bahasa Bugis bermakna tempat yang tinggi. Dalam makna lain yaitu “Mariase” atau lebih tinggi. Hal ini dapat dirasakan setelah melewati Padali ada sedikit tanjakan yang memberi tanda bahwa telah memasuki wilayah LompoE.
f. Salo Adea
Diberi nama Salo Adea karena di wilayah ini terdapat sungai yang banyak ditumbuhi “Adea” yang bermakna Rumbia. Daun Rumbia adalah tanaman rerumputan yang daunnya digunakan sebagai atap rumah.
g. Lajaroko
Dahulu, kampung ini bernama Amessangeng, dikarenakan warga yang bermukim adalah satu keturunan yang sama. Artinya dalam kampong ini hanya mereka sekeluarga. Namun karena perkembangan waktu dan zaman warga yang bermukim bukan lagi mereka dalam satu garis keturunan. Sedangkan Lajaroko adalah nama kampung untuk wilayah seberang kali yang termasuk dalam cakupan Kelurahan Manorang Salo.
h. Lamaloa
Diberi nama Lamaloa karena di kampung ini terdapati sawah yang luas. Lamaloa dalam makna bahasa bugis “La” bermakna Si-, Orang, laki-laki, “Maloa” berasal dari kata “Maloang” artinya luas. Lamaloang artinya yang luas. Pada kampung ini sebagian besar wilayahnya adalah persawahan yang sangat luas. Rumah penduduk hanyalah wilayah kecil di tepi sungai.
i. Salo Bunne
Salo Bunne, dalam bahasa bugis berasala dari dua kata yaitu “Salo” yaitu Sungai dan “Bunne” adalah buah Bunni. Pada jaman dahulu sungai di kampong tersebut tumbuh Bunni yang sangat lebat di sekitar sungai. Maka dinamakanlah kampung tersebut Salo Bunne.
i. Aju Pute
Aju Pute terdiri dari dua kata yaitu “Aju” yang bermakna Kayu, “Pute” bermakna Putih. Dan yang dimaksud disini adalah tanaman Kayu Putih yang banyak tumbuh di kampung ini, yang selanjutnya menjadi sejarah kenapa kampung ini bernam Aju Pute.
j. Penre
Sejak jaman dulu terdapat pemakaman diantara kampung Lamaloa dan Aju Pute yang bernama “Penre”. Pemakaman Penre inilah yang menjadi asal muasal penamaan Dusun Penre. Dusun Penre pada mulanya adalah salah satu dusun dari dua dusun awal pembentukan Desa TellulimpoE.
k. Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) TellulimpoE
Unit Pemukiman Transmigrasi adalah pembentukan kampong terakhir yang dibangun di desa TellulimpoE. Setidaknya 42 keluarga tercatat dalam catatan sipil sebagai suku Jawa. Mereka adalah transmigran dari Pulau Jawa yang pindah ke Desa Tellulimpoe di Kabupaten Soppeng. Tahun 2004 menjadi tahun pertama penempatan transmigran. Dalam penempatan gelombang pertama tersebut, 100 keluarga dipindahkan ke Desa Tellulimpoe, terdiri dari 50 keluarga transmigran dan 50 keluarga lokal yang berasal dari desa lain. Para keluarga ini pun diberikan rumah dan tanah. Segala kebutuhan mereka diberikan secara gratis oleh pemerintah. Semua demi memungkinkan pembangunan.
Sejarah Desa dan Nama Kepala Desa pertama sampai sekarang :
Tahun Kejadian | Peristiwa Baik | Peristiwa Buruk |
1989 | Pembentukan Desa Persiapan | |
1991 | Pembangunan kantor Desa | |
1992 | Eksekusi Rumah Warga di dusun Padali sebanyak 33 KK | |
1993 | Pemilihan Kepala Desa TellulimpoE Pertama ( DAMING ) | |
1998 | Pemilihan Kepala Desa TellulimpoE kedua
( H.SALAMANG ) |
|
2004 | Pemilihan kepala Desa TellulimpoE Ketiga
( ANDI MUH.YANI CIBU ) |
|
2009 | Pemilihan kepala Desa TellulimpoE Keempat
( ANDI MUH.YANI CIBU ) |
|
2010 | Konflik Pemilu Kepala Daerah | |
2014 | Pemilihan kepala Desa TellulimpoE Kelima
( DARWIS , S.IP ) |
|