Profil Wilayah

Budaya

Desa TellulimpoE adalah salah satu dari 9 (sembilan) Desa di Kecamatan Marioriawa Kabupaten Soppeng dihuni oleh +  99,97 % Etnis/Suku Bugis secara turun temurun sehingga hampir seluruh aktifitas masyarakat memiliki ciri khas Bugis Budaya yang sampai saat ini dilestarikan dan bahkan dikembangkan untuk menjaga keasliannya dan khususnya pada pelaksanaan pesta seperti :

1) Pesta Pernikahan, (Mappabotting) adalah suatu kebiasaan masyarakat Bugis yang dilaksanakan dengan cara tradisional yang ditandai dengan berbagai acara sebelum dan pada saat pelaksanaannya yaitu :

• Pihak keluarga laki-laki mengutus kerabat untuk mencari informasi (Makkese-kese) kepada keluarga Gadis yang akan dilamar tentang kepribadian, terutama keterikatannya kepada laki-laki lain apakah karena keinginan sendiri atau bahkan ikatan suatu perjanjian orang tua/wali si gadis kepada kerabatnya. Jika ternyata tidak ada keterkaitan maka utusan menyampaikan lowong, namun apabila terikat maka disampaikan pula bahwa keadaan tertutup
• Dengan adanya penyampaikan lowong, maka keluarga laki-laki melakukan pinangan atau melamar (Madduta) pada keluarga Gadis dengan berbagai persyaratan yang disepakati 
• Mahar sesuai status sosial  mulai dari Nominal  11 Ringgit, 40 Ringgit, 44 Ringgit, 80 Ringgit sampai nominal 1 Qati sampai 3 Qati yang saat ini dinilai dengan Emas yang disertai pula dengan seperangkat alat Sholat dan Al-Qur’an.
• Uang belanja atau Dui Balanca jumlahnya berdasarkan hasil musyawarah Tudang Mallino atau acara Madduta
• Busana Pengantin (Baju Adat) dengan warna yang disesuaikan status sosial keluarga
• Tiwi-tiwi (Bosara) berisikan Kue Tradisonal  (12 jenis = 1 paket) atau 2 paket sesuai status sosial keluarga. Bosara tersebut diikat dengan Daun Lontar.
• Tiwi-tiwi (Kado Penganting) berupa Bahan Pakaian dan alat kecantikan yang jumlahnya disesuaikan antara siakkareng (1 Lusin / paket) dan seterusnya.
• Waktu Mappasiarekeng (Penetapan waktu pesta Pernikahan) biasanya dilakukan 1 atau 2  minggu sebelum pernikahan, hal ini dilakukan untuk lebih memastikan pelaksanaan pesta sekaligus menyerahkan biaya pesta atau Uang Belanja kepada keluarga calon mempelai wanita.
• Mappacci = Mapaccing atau Bersih. Acara Mappaci dilakukan pada malam hari H pesta penikahan dengan kegiatan peletakan daun Pacci sebagai simbol Mensucikan diri calon mempelai sekaligus pemberian Do’a Restu dari Orang Tua dan keluarga lainnya.
• Adapun peralatan / perlengkapan dalam acara “Mappacci” yaitu  Bantal, Daun Pacci,  Sarung Sutera,  Daun Pisang Batu,  Daun Nangka, Beras,  Kelapa,  Gula Merah dan  Pesse Pelleng. Bahan atau perlengkapan tersebut disusun atau diurut sebagai berikut :
  – Bantal sehari-harinya adalah penyanggah Kepala. Dalam hal prosesi Mappacci adalah simbol kehormatan. Diharapkan dengan simbol ini, Calon pengantin lebih mengenal dan memahami akan identitas dirinya, sebagai mahluk yang mulia dan memiliki kehormatan dari sang Pencipta (PuangngE : Bugis)
  – Diatas Bantal, diletakkan Sarung Sutera yang jumlahnya tersusun dengan bilangan ganjil. Dalam hal Prosesi Mappacci, Sarung bermakna Sifat Istiqomah atau ketekunan sebagaimana proses pembuatan sarung tersebut memerlukan ketekunan dan kesabaran dalam menyusun sehelai benang hingga menjadi selembar Kain Sarung yang siap pakai,  Makna lain Sarung itu adalah simbol penutup aurat yang diharapkan agar calom mempelai senantiasa menjaga harkat dan martabatnya sehingga tidak menimbulkan rasa malu (Siri) dentangah-tengah masyarakat kelak.
  – Diatas Sarung diletakkan daun pisang (daun pisang tersebut adalah jenis Pisang Batu): Daun Pisang bermakna agar Calon Penganting dapat melahirkan atau mengembangkan keturunan sebagaimana Sifat dari Pohong Pisang adalah tidak akan mati atau layu sebelum muncul tunas yang baru.
  – Diatas Daun Pisang diletakkan Daun Nangka, Nangka dalam bahasa daerah Bugis disebut Panasa yang diartikan menjadi Menasa= Niat atau Harapan. Yang diartikan dalam Daerah Bugis yaitu “Mamminasa lao ri decengngE” yang artinya Mengharapkan sesuatu yang baik. Dalam Filosofi Anre Gurutta di Bone juga menyebut dalam Bahasa Bugis bahwa “Dua mitu riala Sappo rilalengna AtuwongengngE, iyanariru Unganna PanasaE (Bugis Lempu = kejujuran) sibawa Belona KanukuE (Pacci),  Maksudnya dalam mengarungi kehidupan ini, ada dua sifat yang harus kita pegang yaitu kejujuran dan kesucian lahir dan batin. 
  
  Adapun perangkat proses Mappacci lainnya yang merupakan satu kesatuan adalah :
  – Gula Merah adalah bahan pemanis makanan atau minuman. Dalam prosesi Mappacci diharapkan Calon Mempelai senantiasa dalam suasana Harmonis dalam mengarungi kehidupan rumah tangga.  sedangkan Kelapa adalah buah yang isinya dijadikan pelengkap makanan atau minuman. Sebagaimana kita ketahui bahwa Buah kelapa mempunyai banyak manfaat mulai dari Sabuk, Tempurung, Air dan Santannya sangat berguna dalam kehidupan seha-hari.  Sehingga dengan demikian diharapkan calon mempelai kelak menjadi keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah serta berguna dan bermanfaat bagi orang banyak.
  – Gula Merah adalah bahan pemanis makanan atau minuman. Dalam prosesi Mappacci diharapkan Calon Mempelai senantiasa dalam suasana Harmonis dalam mengarungi kehidupan rumah tangga.  sedangkan Kelapa adalah buah yang isinya dijadikan pelengkap makanan atau minuman. Sebagaimana kita ketahui bahwa Buah kelapa mempunyai banyak manfaat mulai dari Sabuk, Tempurung, Air dan Santannya sangat berguna dalam kehidupan seha-hari.  Sehingga dengan demikian diharapkan calon mempelai kelak menjadi keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah serta berguna dan bermanfaat bagi orang banyak.
  – Gula Merah adalah bahan pemanis makanan atau minuman. Dalam prosesi Mappacci diharapkan Calon Mempelai senantiasa dalam suasana Harmonis dalam mengarungi kehidupan rumah tangga.  sedangkan Kelapa adalah buah yang isinya dijadikan pelengkap makanan atau minuman. Sebagaimana kita ketahui bahwa Buah kelapa mempunyai banyak manfaat mulai dari Sabuk, Tempurung, Air dan Santannya sangat berguna dalam kehidupan seha-hari.  Sehingga dengan demikian diharapkan calon mempelai kelak menjadi keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah serta berguna dan bermanfaat bagi orang banyak.
  
  Dalam prosesi Mappacci : Daun Pacci dipetik dari tangkainya yang ditancapkan pada wadah yang berisikan beras kemudian di uleg dengan kelapa dan gula merah kemudian diletakkan pada kedua telapak tangan calon mempelai. Selanjutnya mengambil Benno (Kembang Padi) dan dihamburkan kepada calon mempelai.
• Pelaksanaan Pesta atau hari H (Enrekeng Botting) :  Sebelum  Ijab Kabul dan Ziqat Taklit dilakukan terlebih dahulu  Mempelai Laki-laki dipangku oleh Nenek Kandung Calon mempelai wanita.
• Mappakarawa Botting (mempertemukan Pengantin laki-laki dan pengantin perempuan)
• Adalah suatu kebiasaan secara turun temurun di warnai dengan kegiatan khusus yaitu pendamping (Pappakarawa) pengantin laki-laki biasanya memberi hadiah kepada Juru Kunci Pintu kamar penganting baru bisa masuk kamar. Setelah itu pengantin dituntun oleh Pappakkarawa menemui mempelai perempuan dengan kegiatan :
  – Pengantin laki-laki memberi salam kepada Isterinya (Mempelai Wanita)
  – Pengantin  laki-laki menyentuh bagian lengan isterinya kemudian menjabat tangan sambil membaca Do’a yang dituntun oleh Pappakarawa yang intinya memohon kepada Allah SWT agar diberi Istiqomah menjalani kehidupan rumah tangganya (dalam pepatah bugis yaitu Sipuppureng Pakkaju Sero)
  – Setelah itu Kedua Mempelai duduk bersanding kemudian diselimuti  selembar kain putih  baru dijahit; hal ini bermakna agar kedua mempelai ini tidak akan berpisah kecuali ajal.
• Waktu Marola (Kunjungan Balasan Pengantin) biasanya dilakukan pada hari yang sama atau keesokan harinya.
• Pada Malam harinya setelah resepsi maka kedua penganting mengganti pakaian, namun pengantin Wanita tidak langsug menemui Suaminya (bersembunyi) ditempat lain atau bergabung dengan keluarga lainnya yang jauh dari tempat suaminya. Maka dengan itu penganting laki-laki disuruh mencari Isterinya dan setelah ditemukan diharuskan melempar sarung dengan posisi membelakangi keluarga. Hal ini dilakukan agar keluarga yang terkena lemparan sarung yang melingkar dapat menemui pula jodohnya, khusus bagi yang belum menikah.
• Massita Beseng (Silaturahim keluarga kedua belah pihak mempelai) hal ini dilakukan oleh keluarga dekat mempelai laki-laki kepada keluarga mempelai wanita bertujuan untuk mempererat persaudaraan atau sebagai bukti bersatunya kedua belah pihak keluarga. Hal ini biasanya dilakukan setelah Resepsi/perjamuan.
• Mappetu adalah kegiatan mempelai wanita dan keluarga besarnya  berkunjung dan bermalam dirumah Mertua sambil membawa Bekal / oleh-oleh berupa makanan khas Bugis seperti. Nasu Lekku, Burasa, Leppe-leppe dan lain-lain.

2). Makkampai Sanro

Makkampai Sanro pesiapan ibu hamil untuk proses melahirkan kepada dukun beranak) adalah kegiatan tradisional yang dilakukan oleh ibu hamil pada bulan ke Tujuh yang diisi dengan makanan kue 7 rupa  dan hidangan makanan tradisional lainnya.

       3). Haqikah, (Mappano Lolo / Mappenre Tojang)

 juga merupakan kegiatan secara turun temurun dilakukan sebagai  tanda rasa syukur memperoleh anak keturunan sehingga wajib dilakukan dengan mengundang keluarga dekat atau kerabat  serta tetangga.  Pelaksanaan kegiatan ini ditandai dengan pembuatan kamar kecil yang terbuat dari bambu kuning yang diletakkan di depan rumah sebelah kanan. Didalam kamar tersebut ditanam ari-ari bayi yang baru lahir bersama buah kelapa yang ada tunasnya.

4). Mappatettong Bola (Membangun Rumah)

       Mappatettong Bola (Mendirikan Rumah)  adalah juga merupakan Budaya atau Tradisi yang dilakukan oleh masyarakat (Suku Bugis),  dalam kegiatan ini pemilik rumah mengundang Sanro Bola. Dengan mempersiapkan makanan seperti ;

• Buah Nyameng
• Bunga Sibollona Fatimah
• Gerabah yang diisi dengan berasBaku-baku yang berisikan Sokko dan Pallise
• Baku Loppo yang berisikan Padi dan Ayam

5). Menre Bola (Naik Rumah Baru)

      “Menre Bola Baru” adalah suatu budaya dalam masyarakat Bugis yang telah berlangsung sejak tempo dulu, prosesi naik Rumah, diawali dengan  menggatung Pisang, Kelapa, Nangka, Pinang dan buah Labu pada Tiang Utama yang disebut POSSI BOLA. Dekat Possi Bola diletakkan sebuah tempayan yang berisikan Air dan sebuah Wadah Tanah yang berisikan Beras. Yang dibantu oleh orang yang dituakan di kampung atau Tokoh Masyarakat melakukan kegiatan yaitu setelah Shalat subuh, tetua bersama pemilik rumah mengelilingi rumah minimal 3 kali sambil memercikkan air suci ke kolong rumah dan menandai tiang dengan tepung beras yang bermakna atau sebagai harapan untuk mengusir mahluk halus yang dapat mengganggu ketenteraman keluarga. Sambil mengelilingi rumah, tetua membaca do’a dan shalawat Nabi dengan harapan semoga dalam menempati rumah baru tersebut diberikan keselamatan oleh Allah SWT.

          Setelah selesai mengelilingi rumah selanjutnya Pemilik rumah naik rumah  sambil membawa hidangan  berupa Anreang Sakke dan Beppa Pitunrupa untuk dihidangkan kepada kerabat dan undangan lainnya sebagai tanda syukur atas karunia Tuhan kepada hamba-Nya.

           Adapun properti dalam kegiatan ini adalah :

5.1 Anreang  Sakke  adalah menu lauk pauk tradisonal seperti :

1. Nasu manu lekku silebineng  (sepasang Ayam kampung)  yang dimasak bercampur dengan lengkuas.
2. Bette bale bolong (Goreng ikan Gabus)
3. Bette Urang (Goreng Udang air tawar)
4. Bette Bale Oseng (Goreng Ikan Sepat)
5. Salonde (Toge yang terbuat dari kacang hijau)
6. Bajabu  (terbuat dari ikan air tawar )
7. Tempa-tempa (terbuat dari kelapa yang berbentuk segi tiga)
8. Gagasa Tello (Terbuat dari Telur)
9. Nasu bale (Ikan yang dimasak)
10. Tafa Bale (Ikan yang diasap)

5.2 Beppa Pitunrupa adalah menu makanan lengkap seperti Menu makanan ringan khusus dihidangkan kepada Arung atau Tamu terhormat berupa :

• Sawellah: Bahan Dasar: Tepung Ketan, Kelapa  dan Gula Merah
• Bentuk kue sawella masing-masing ujungnya runcing artinya seperti menerapkan hokum harus tajam kepada siapa saja, jangan tajam kebawah dan tumpul ke atas. Proses pembuatannya yang harus menyatukan kelapa dan tepung terigu melambangkan persatuan dan perpaduan, tanpa perpaduan dalam melakukan sesuatu maka hasilnya tidak akan bagus. Selanjutnya digoreng hingga matang lalu dibalur dengan gula merah yang kental dimaknai dengan ketulusan hati dimana kita harus bisa berbagi dengan orang lain
• Jompo-jompo: Bahan Dasar:  gula merah, tepung beras Arti dalam bahasa bugis yaitu muncul-muncul. Diharapkan bahwa rejeki dan kebahagian senantiasa muncul dalam kehidupan keluarga yang mengadakan hajatan.
• Onde-onde: Bahan Dasar: Tepung Ketan, Gula Merah Dan Kelapa
• Berbentuk  Bulat, Melambangkan Kesederhanaan, Kelembutan, Kesabaran, Keuletan, Serta Ketelitian Onde-Onde Yang Sudah Dibulatkan  Dimasukkan ke dalam air mendidih akan tenggelam dan perlahan-lahan akan naik ke permukaan air. Filosofinya dalam menjalani kehidupan kita tidak bisa sekonyong-konyong akan langsung berada di atas. Tapi kehidupan adalah proses, Seperti halnya onde-onde yang harus direndam dalam air mendidih yang perlahan akan mencapai puncak kesuksesan.
  Pesan Moral:
  Saat makan Onde-onde diharapkan untuk menutup mulut karena dikhawatirkan gulanya akan muncrat kemana-mana bila tidak ditutup. Diharapkan saat makan mulut ditutup juga agar tidak berbunyi saat mengunyah makanan.
• Barongko: Bahan Dasar:  Pisang, santan, telur dan gula, Kue yang bahan dasarnya pisang dan dibungkus daun pisang.
  Filosofi: hati dan perbuatan haruslah sama, apa yang dipikirkan, dirasakan harus selaras dengan tindakan sebagaimana pepatah bugis “Taro Ada Taro Gau”
• Katiri Sala: Bahan Dasar:  beras ketan hitam atau putih, gula merah dan putih telur.
• Kue ini dibuat dalam cetakan khusus berbentuk bundar. Dalam pembuatannya, kue ini terbagi jadi 2 susunan dengan bagian bawah berwarna hitam atau putih dan bagian atas berwarna kecoklatan. Perpaduan Rasa manis bagian atas kue dan gurih pada beras ketan melambangkan perpaduan dua rasa yang berbeda dapat menimbulkan kenikmatan tersendiri. Artinya tidak harus selalu sama untuk meraih kebahagiaan, lebih seringnya perbedaanlah yang membuat kehidupan lebih indah
• Nennu-nennu: Bahan dasar:  Tepung beras dan gula merah
  Dibentuk menyerupai benang yang saling membentuk jalinan. Kue tradisional ini bermakna hubungan yang saling terkait antar keluarga yang nantinya saling membutuhkan dan bekerjasama hingga maut memisahkan atau dalam bahasa bugis“ Tuo Mannennungeng”
• Beppa Pute: Bahan dasar: Putih Telur dan taburan gula
  Warna putih kue ini melambangkan kebersihan dan kesucian. Hidup  yang bersih dari perbuatan buruk dapat membawa berkah dari Allah SWT, seperti kemudahan rezeki dan keselamatan.

5.3 Pattapi  Bermakna sesuatu yang dapat memisahkan hal yang baik dan  buruk ; diatas Pattapi diletakkan :   

– Pakkeri  bermakna tidak akan bekerja sia-sia       

– Kaluku sipolo  = Malunra simbol rasa bahagia

– Golla Cella = Macenning bermakna kedamaian dan ketenteraman

– Passero  bermakna tiada hari tanpa kerja yang sia sia – Sanru Kaju simbol pelengkap keramahan

5.4 Baku, itaroi Ase mabbesse + Manu kampong silibineng Simbol ketersedian pangan  keluarga  

5.5 Baku-baku berisi 1–2 ikat Padi  simbol  kesuburan

5.6 Kaluku Mattunrung, bermakna keluarga dapat rukun damai (simata Malunra na Macenning)   

5.7 Otti Mattunrung bermakna semoga  keluarga mendapat rejeki yang berlimpah  

5.8 Alosi Mattunrung,bermakna kecerahan

5.9 Fanasa bermakna punya harapan atau niat yang baik

5.10 Lawo bermakna semoga keluarga mendapat kehormatan    

5.11 Acara “Menre Bola Baru” yaitu acara prosesi menempati rumah baru dalam Adat Bugis yang merupakan kearifan lokal.

   6). Maddoja Bine (menjaga benih yang akan ditabur)

Adalah kegiatan tradisional yang dilakukan para petani sebelum hambur benih, hal ini    dilakukan untuk Do’a untuk penanaman padi atau menjaga benih dari segala gangguan hama, kegiatan yang dilakukan pada acara ini antara lain :

– Massure (Pembacaan Lontara yang berisikan kisah padi)

– Makan bersama Sokko dan Palofo’

Adapun benih yang dipersiapkan tersebut diterangi dengan Pesse Pelleng. Nyala Pesse Pelleng ini menjadi harapan dan pertanda bagi para petani. Jika nyala Pesse pelleng ini bagus hingga habis, maka sebagai harapan padi pun akan tumbuh subur dan lebat. Jika nyalanya kurang dan bahkan mati, maka petani menjadikannya pertanda bahwa pertumbuhannya akan buruk pula bisa jadi gagal panen karena cuaca tau serangan Hama.

Sementara keesokan harinya Benih diantar ke Sawah dan setelah dihambur baru makan bersama lagi dengan Nasi yang telah dibungkus dengan daun pisang.

7). Mappamula Mengngala (Persiapan Panen)

Untuk kegiatan adalah acara tradisional yang dilakukan atas rasa syukur berhasilnya tanaman padi atau tanaman lainnya, dalam acara ini juga diisi dengan makan bersama dengan petani disekitar lahan. Hidangan yang disajikan biasanya masakan / menu “Nasu Lekku”. Adapun properti yang dipersiapkan dalam acara ini yaitu :
– Daun Use
– Daun Gorongkorong

8). Acara Mappadendang (Pesta panen)

Di Desa TellulimpoE terdapat kegiatan budaya “Mappadendang” (pesta panen) yang dilaksanakan di dusun EmpagaE, dusun Tokare dan dusun Lamangiso secara bergiliran oleh kelompok tani . Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur petani atas hasil panen padi. Masyarakat juga merasa senang dan bersyukur dan berpartisipasi dalam acara mappadendang secara swadaya yang biasa dilaksanakan 1 kali setahun setiap habis panen.

9). Mabbarasanji

Mabbarasanji Adalah kegiatan ritual keagamaan dengan membaca sejarah nabi Muhammad SAW, dengan dialek dan dibacakan oleh ustadz/ imam dan pengurus masjid yang diadakan oleh masyarakat sebagai ungkapan rasa syukur  setelah mendapat keberhasilan pekerjaan diberbagai bidang.

10). Majjai Bunga

Majjai Bunga Merupakan kegiatan ritual merangkai bunga dengan benang hingga disebut sebagai Majjai Bunga yang bermakna menjahit bunga. Sama seperti Mabbarazanji Majjai Bunga diadakan oleh masyarakat sebagai ungkapan rasa syukur  setelah mendapat keberhasilan pekerjaan diberbagai bidang.

2. Seni

Di Desa TellulimpoE terdapat berbagai kesenian baik tradisional (Oni-oni Toriolo) seperti :

1. Kecapi
2. Gambus
3. Soling

Kesenian tradisonal (oni-oni toriolo) biasanya dilakukan setiap ada acara tertentu namun saat ini kesenian ini sudah kurang yang disebabkan dengan kesenian konfesional.

3. Olah Raga

                Adapun jenis olah raga yang terdapat di Desa TellulimpoE adalah:

Olah Raga Tradisonal (Cule-cule Toriolo) seperti :

1. Makkadaro
2. Massallo
3. Mallogo
4. Maggasing
5. Majjeka
6. Tarompah
7. Tarik Tambang
8. Panjat Pinang
9. Lari Kalereng
10. Lari karung

Olah Raga Konfensional seperti :

1. Sepak Bola
2. Futsal
3. Panahan
4. Volly Ball
5. Takraw
6. Bulu Tangkis
7. Tennis Meja

Sarana dan prasarana olah raga di Desa TellulimpoE adalah :

Tabel : 43 Data Sarana dan Prasarana Olah Raga

No	U r a i a n	Banyaknya	Kondisi/Keadaan		Keterangan
			Baik	Rusak
1.	Lapangan Sepak Bola	4	4
2.	Lapangan Volly Ball	1	–	–	Fasilitas Sekolah
3.	Lapangan  Sepak Takraw	2	2		Fasilitas Sekolah dan fasilitas desa
4.	Lapangan Futsal	1	1	–	Fasilitas desa
5.	Lapangan Basket	2	2	–	Fasilitas Sekolah dan fasilitas desa